RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 44 |
Layanan PKPR dalam Akses Informasi HIV dan AIDS
Adolescent Reproductive Health Service in Accesing HIV and AIDS
Information
Herlin Fitriani Kurniawati
1)
, Herlin Fitriana Kurniawati
1)
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Email : herlinfitriana@unisayogya.ac.id
ISSN 2548-2246 (online)
ISSN 2442-9139 (print)
Edited by :
Iid Putri Zulaida
Reviewed by :
Ririn Ariyanti
*Correspondence : Herlin
Fitriana Kurniawati
herlimfitriana@unisayogya.ac.id
Received : 30 Nopember
2021
Accepted : 05 Desember 2021
Published : 04 April 2022
Citation : Herlin Fitriani
Kurniawati (2022)
Layanan PKPR dalam Akses
Informasi HIV dan AIDS :
Perspektif Remaja .
Midwiferia Jurnal Kebidanan.
8 : 1.
Doi :
10.21070/midwiferia.v8i1.1318
ABSTRAK
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja sangat kompleks, salah satunya adalah HIV
dan AIDS. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan salah satu
layanan di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi termasuk HIV dan AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pemanfaatan layanan PKPR dalam akses informasi tentang HIV dan
AIDS di Kulon Progo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisa
data secara deskriptif dengan melihat presentase data yang telah disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi. Populasi dalam penelitian remaja yang tercatat sebagai pelajar di
SMA/SMK di Temon Kulon Progo, dengan kriteria bersedia menjadi responden.
Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling dengan sampel sebanyak
125 responden. Instrument pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif ini adalah
kuesioner menggunakan google form, data diolah menggunakan langkah-langkah
editing, coding, tabulating dan analisis. Hasil penelitian menunjukkan 73% responden
mempunyai pengetahuan baik, 60% responden mempunyai pengetahuan yang kurang
tentang Puskesmas PKPR dan 56% responden memanfaatkan layanan PKPR bagi
remaja. Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja sesuai dengan kebutuhan
remaja dan perlu adanya peningkatan promosi pelayanan kesehatan reproduksi remaja
sehingga lebih mengenal dan bisa mengakses layanan
Kata kunci : PKPR, akses informasi HIV dan AIDS, kuantitatif
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 45 |
ABSTRACT
Adolescent reproductive health problems are very complex, one of them is HIV and
AIDS. Adolescent Reproductive Health Service (PKPR) in Public Health Center the
aims to increase adolescent knowledge about adolescent healthy behavior including
reproductive health. The research aimed to identify utilization of Adolescent
Reproductive Health Service in acces HIV and AIDS information in Kulon Progo. The
research used a quantitative design, The population in the research is senior high
school students. The sampling technique was simple random sampling with a sample
of 125 respondents. The data collection instrument in this quantitative study was a
questionnaire using google form, the data was processed using the steps of editing,
coding, tabulating and analysis. The results showed that 73% of respondents had good
knowledge, 60% of respondents had poor knowledge of PKPR Puskesmas and 56% of
respondents used PKPR services for adolescents. The provision of adolescent
reproductive health services is in accordance with the needs of adolescents and it is
necessary to increase the promotion of adolescent reproductive health services so that
they are more familiar with and can access services.
Keywords : PKPR, access to information, HIV and AIDS, quantitative
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 46 |
1. PENDAHULUAN
(HIV) dan Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) semakin lama semakin lama
semakin meningkat, HIV dan AIDS
mempengaruhi status kesehatan fisik, mental,
sosial, dan psikologis (Moghadam et al., 2018)
(Kemenkes RI, 2015) World Health
Organization (WHO) mengklasifikasikan
remaja berusia 10-19 tahun (Kemenkes, 2014).
Dewasa ini, kasus HIV (Human Immuno
Deficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) semakin lama semakin
meningkat. Data Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kemenkes RI (2016) menyatakan kasus HIV
sebanyak 14.640 orang, sedangkan kasus AIDS
sebanyak 4.725 orang. Persentase HIV paling
tinggi pada kelompok umur 25-49 tahun
sebanyak 69,2%, kelompok umur 20-24 tahun
sebanyak 16,7%, dan kelompok umur sebanyak
50 tahun 7,6%. Sedangkan persentase AIDS
tertinggi umur 30-39 tahun sebanyak (35,2%),
kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 29,5%
dan kelompok umur 40-49 tahun sebanyak
17,7%. Persentase faktor risiko HIV tertinggi
adalah melakukan hubungan seksual berisiko
yaitu heteroseksual sebanyak 47%, Lelaki Seks
Lelaki sebanyak 25%, sedangkan lain-lain
25%, selanjutnya pengguna jarum suntik yang
tidak steril sebanyak 3%. Faktor risiko AIDS
yang paling tinggi yaitu hubungan seksual
berisiko pada heteroseksual sebanyak 71%,
dilanjutkan Lelaki Seks Lelaki sebanyak 20%,
pada masa perinatal sebanyak 3% dan
pengguna jarum suntik tidak steril pada
pengguna narkoba suntik (Penasun) sebanyak
2%. Data menunjukkan faktor risiko yang
paling tinggi pada kasus HIV dan AIDS
didominasi oleh hubungan seksual berisiko
pada heteroseksual. Persentase AIDS
dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun
sebenarnya mengindikasikan bahwa mereka
telah terinfeksi HIV sejak 3 hingga 10 tahun
sebelumnya, pada saat itu mereka masih pada
masa remaja (Kemenkes, 2018).
Secara data nasional Dinas Kesehatan
Provinsi DIY menyebutkan DIY menempati
peringkat ke-17 untuk kasus HIV. Data Dinkes
Kulon Progo bahwa kasus HIV dan AIDS
terjadi peningkatan yang signifikan. Sebelum
tahun 2018, kasus baru HIV dan AIDS rata-rata
sebanyak 20-30 per tahun. Tahun 2018 terjadi
peningkatan kasus baru menjadi 53 kasus
penderita HIV dan AIDS dan 10 orang di
antaranya meninggal dunia, dengan penemuan
kasus baru ini tidak menunjukkan jumlah kasus
yang sesungguhnya. Dinkes memperkirakan
hanya 10-15 persen saja penderita yang
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 47 |
terungkap selama ini sedangkan jumlah riil
diprediksi mencapai 450 penderita. Jumlah
tersebut diperkirakan bertambah seiring dengan
perubahan pola kehidupan dan kemajuan pada
tempat tertentu.
HIV AIDS merupakan penyakit yang
sangat perlu diwaspadai karena mempunyai
fenomena gunung es, kasus yang ditemukan
sedikit namun sebenarnya lebih banyak jumlah
yang menderita. Data menunjukkan kasus
positif HIV sebanyak 19 orang pada tahun 2015
kemudian mengalami peningkatan pada tahun
2016 menjadi 24 orang, sedangkan kasus AIDS
pada tahun 2015 ada 5 orang pada Tahun 2016
menjadi 9 orang. Pada tahun 2017 kasus HIV
kembali meningkat yaitu menjadi 30 orang,
sedangkan kasus AIDS sebesar 10 orang. Dari
10 orang yang terkena AIDS tersebut, 2 di
antaranya meninggal dunia. Pada tahun 2018
kasus HIV meningkat lagi yaitu menjadi 53
orang, sedangkan kasus AIDS sebesar 11
orang. Terdapat 5 orang yang meninggal karena
terkena AIDS tersebut, 4 orang laki-laki dan 1
orang perempuan (Purwanti, 2014). Data
menunjukkan kecamatan di Kulon Progo DIY
hampir semuanya ditemukan kasus HIV dan
AIDS. Kegiatan penambangan tumbuh di
Kulon Progo, seperti sepanjang Sungai Progo
wilayah Kecamatan Sentolo, Lendah, dan
Galur, dimana menjadi titik rawan penularan
HIV dan AIDS. Pola dan jam kerja dunia
pertambangan hingga perputaran uang yang
sangat besar memiliki korelasi dengan kegiatan
prostitusi. Mereka menyediakan bangunan non
permanen sebagai ruang prostitusi. Warung
yang tumbuh di sekitarnya kerap dimanfaatkan
sebagai arena prostitusi. Pembangunan
bandara baru di Temon ini tentu saja akan
berdampak pada aspek kehidupan masyarakat,
termasuk masalah kesehatan reproduksi dan
juga permasalahan HIV dan AIDS. Untuk
mengatasi masalah HIV dan AIDS pemerintah
Kabupaten Kulon Progo memiliki 9 Puskesmas
PKPR, namun selama ini remaja belum banyak
remaja yang mengetahui informasi mengenai
layanan tersebut. Urgensi penelitian terkait
dengan penyelengaraan PKPR yakni pada SDM
kesehatan yang kurang memiliki pengetahuan,
sikap dan ketrampilan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang ramah remaja, tata
ruang terkesan hanya untuk orang sakit.
Pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang
sudah ada agar diharapkan bisa menyesuaikan
kebutuhan dan keinginan remaja seperti tidak
stigmatis, tidak diskriminatif, bisa menjamin
kerahasiaan serta fleksibel dalam jam
pelayanan.
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 48 |
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan analisa data secara
deskriptif dengan melihat presentase data yang
telah disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi. Populasi dalam penelitian remaja
yaitu pelajar di SMA / SMK di Temon Kulon
Progo, dengan kriteria bersedia menjadi
responden. Pemilihan lokasi penelitian ini
didasarkan pada ketersediaan data calon
responden. Menurut Cresswell (2013)
pemilihan lokasi penelitian bisa didasarkan
pada penilaian sistematik terkait dengan
ketersediaan data dan akses kepada responden
untuk menjawab pertanyaan dari penelitian.
Teknik sampling menggunakan simple
random sampling diperoleh hasil sebanyak
125 responden.
Instrument pengumpulan data dalam
penelitian kuantitatif ini adalah kuesioner
menggunakan google form yang berisi tentang
pemanfaatan layanan, pengetahuan, akses,
akseptabilitas, kebutuhan informasi HIV dan
AIDS dari perspektif remaja. Pertanyaan yang
diberikan adalah pertanyaan tertutup dimana
responden memilih jawaban yang sudah
disiapkan. Jika benar/ya diberikan skor 1 dan
jika salah/tidak diberikan skor 0. Analisis data,
data diolah menggunakan langkah-langkah
editing, coding, tabulating dan analisis.
Analisis data secara deskriptif dengan melihat
presentase data yang telah disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi. Penelitian
dilaksanakan pada Mei-Agustus 2020.
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 49 |
3. HASIL
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Kulon Progo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu
kotanya adalah Wates. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Bantul di timur, Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Purworejo di barat, serta Kabupaten
Magelang di utara (Dinkes, 2019).
HASIL
Dalam penelitian ini jumlah seluruh responden adalah 125 orang, responden adalah remaja di
Kulon Progo.
Tabel 1. Hasil Penelitian
Hasil Penelitian
F
% (Persentase)
Jenis Kelamin
Laki-laki
37
30
Perempuan
88
70
Umur Responden
15 tahun
12
10
16 tahun
59
47
17 tahun
44
35
18 tahun
10
8
Pengetahuan tentang HIV dan
AIDS
Baik
91
73
Kurang
34
27
Pengetahuan tentang Puskesmas
PKPR
Baik
51
40
Kurang
74
60
Pemanfaatan layanan PKPR bagi
Remaja
Memanfaatkan
70
56
Kurang
55
44
Jumlah
125
100
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 50 |
Berdasarkan Tabel.1 karakteristik jenis
kelamin diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 88 orang (70%). Sedangkan
berdasarkan umur responden diperoleh bahwa
sebagian besar responden dengan umur 16
tahun sebanyak 59 orang (47%) sedangkan
paling sedikit umur 18 tahun (8%). Sebagian
besar responden mempunyai pengetahuan baik
tentang HIV dan AIDS namun dari hasil
analisis butir soal terdapat 40,8% yang
menjawab salah tentang apa itu AIDS,
sebanyak 32% menjawab salah tentang sarana
penularan HIV, sebanyal 51% menjawab salah
tentang cara pencegahan HIV dan 49,6%
menjawab salah tentang tindakan yang tepat
dalam mencegah penularan HIV. Sebagain
besar responden memanfaatkan Puskesmas
PKPR sebanyak 70 responden (56%).
Sebagain besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang keberadaan
Puskesmas PKPR dalam kategori mudah
sebanyak 74 responden (60%). Sebagain besar
responden menyatakan bahwa nakes sudah
memberikan memberikan informasi tentang
Kesehatan Reproduksi terutama HIV dan
AIDS sebanyak 107 responden (86%) dan
sebanyak 110 responden (88%) menyatakan
bahwa membutuhkan Puskesmas PKPR.
4. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan hasil paling
besar responden memanfaatkan Puskesmas
PKPR sebanyak 70 responden (56%).
Pemanfaatan dari responden berupa datang ke
puskesmas untuk berobat ketika sakit serta
mengikuti kegiatan penyuluhan yang dilakukan
di sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian
Laili (2019) diperoleh hasil responden
memanfaatkan PKPR dengan kategori baik
sebanyak 53,7%. pemanfaatan PKPR
diantaranya pelayanan klinis medis atau datang
untuk berobat sebesar 37,9%, 28,4%
menghadiri penyuluhan atau sosialisasi yang
diselenggarakan di sekolah maupun lingkungan
tempat tinggal dan sebnayak 3,2% konseling
dengan peer counselor. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian bahwa semua
informan telah mengetahui adanya program
PKPR.
Pemanfaatan PKPR oleh responden karena
mereka membutuhkan ruang dan tempat dalam
menghadapi dan menyelesaikan permasalahan
kesehatan reproduksi. Informan masih kurang
mengetahui adanya program PKPR yang ada di
puskesmas, walaupun mereka sudah pernah
mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi
remaja dari petugas PKPR pada saat mengikuti
Masa Orientasi Sekolah (MOS), hal ini
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 51 |
ditunjukkan dari hasil penelitian sebagain besar
responden yaitu 86% menyatakan mendapatkan
informasi tentang kesehatan reproduksi dan
HIV dan AIDS dari petugas kesehatan, namun
responden kurang memahami bahwa
pemberian informasi melalui penyuluhan
tersebut merupakan salah satu program PKPR
yang diadakan oleh Puskesmas. Pada saat
penyuluhan tersebut petugas PKPR
kemungkinan tidak memberikan informasi
tentang adanya layanan PKPR tersebut secara
jelas sehingga sebagian besar yaitu 60%
mempunyai pengetahuan kurang tentang
puskesmas PKPR hal ini tidak sejalan dengan
penelitian Laili (2019) bahwa hasil penelitian
menunjukkan bahwa 64,2% responden
mempunyai pengetahuan yang baik tentang
PKPR (Alifia Nur Laili, Emmy Riyanti, 2019).
Responden yang tidak atau belum
memanfaatkan layanan menyatakan kurang
informasi tentang PKPR alasan lainnya karena
responden merasa kurang nyaman untuk
mengungkapkan permasalahan mereka kepada
orang lain (tenaga kesehatan) dengan teman
atau keluarga. Sejalan dengan penelitian
Suryoputro (2006) Program dan layanan
kesehatan reproduksi remaja acapkali
menghadapi hambatan dalam hal penerimaan di
masyarakat, hal ini karena dianggap program
ini malah meningkatkan dorongan untuk
melakukan aktifitas seksual pada remaja.
Upaya memberikan penjelasan kepada para
orang tua, para tokoh agama dan tokoh
masyarakat, mengundang mereka ke dalam
diskusi terkait kesehatan reproduksi dengan
para remaja, merupakan kegiatan untuk
meminimalisisr penolakan dan anggapan
semacam itu (Suryoputro Antono, Ford J
Nociholas, 2006). Konstruksi budaya di tengah
masyarakat menyebabkan remaja merasa tabu
untuk membicarakan atua menyampaikan
masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi
mereka, namun akhirnya remaja memilih untuk
mencari rasa ingintahunya melaui jalan yang
seringkali memberikan dampak negatif
terhadap remaja itu sendiri, dengan mencari
media massa dan internet yang kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden
menyatakan bahwa mengakses internet untuk
mendapatkan informasi tentang HIV dan AIDS
sebanyak 87 responden (70%), sejalan dengan
penelitian Kurniawati (2019) remaja dalam
mengakses informasi tentang HIV dan AIDS
dengan rata-rata penggunaanya 2-5 jam sehari
(Kurniawati, 2019).
Fenomena HIV / AIDS cukup menantang
dan kompleks karena terstruktur pada berbagai
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 52 |
faktor seperti seksualitas, kasih sayang,
keinginan, kebutuhan penegasan, serta norma,
nilai, dan informasi. Hal tersebut membutuhkan
pendidikan yang komprehensif tentang HIV /
AIDS, dalam rangka meningkatkan
pengetahuan, mengembangkan keterampilan,
mempromosikan sikap positif dan mengurangi
perilaku berisiko (Manuela, 2014). Agar remaja
dapat memanfaatkan PKPR dengan baik
dibutuhkan pengetahuan mengenai PKPR yang
baik pula. Sesuai dengan teori Green (2000),
bahwa hasil positif akan cenderung
menimbulkan pengaruh yang positif yaitu
dengan pemanfaatan PKPR. Tingkat
pengetahuan remaja mengenai PKPR akan
mempengaruhi remaja dalam berpersepsi untuk
berperilaku dalam memanfaatkannya (Green,
2000).
Hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar yaitu 73% responden mempunyai
pengetahuan yang baik, namun dari hasil
analisis butir soal terdapat 40,8% yang
menjawab salah tentang apa itu AIDS,
sebanyak 32% menjawab salah tentang sarana
penularan HIV, sebanyal 51% menjawab salah
tentang cara pencegahan HIV dan 49,6%
menjawab salah tentang tindakan yang tepat
dalam mencegah penularan HIV hal ini sejalan
dengan penelitian Ruth (2008) Remaja secara
umum mempunyai pengetahuan yang baik
namun memiliki pengetahuan yang kurang
tentang praktik seksual preventif yang
berkaitan dengan HIV dan AIDS (Ruth, 2008).
Indikator pengetahuan yang memungkinkan
terciptanya dan pemantauan program
pendidikan seksual perlu diterapkan hasil
penelitian Sohna (2012) Rata-rata skor
pengetahuan HIV / AIDS responden adalah 7,0
(SDZ2,3) dari 13. Sekitar 50% sampai 60%
responden menjawab benar bahwa HIV tidak
dapat ditularkan melalui ciuman (53,4%),
berbagi toilet (59,5%), berbagi cangkir
(57,5%), dan kehidupan sekolah sehari-hari
(60,5%). Hanya 31,8% menjawab dengan benar
pertanyaan tentang gigitan nyamuk. Lebih dari
80% responden tahu benar bahwa HIV dapat
ditularkan dengan berbagi jarum suntik dan
orang yang tampak sehat masih dapat tertular.
Hanya 58,4% yang menjawab apakah HIV
dapat dicegah dengan penggunaan kondom
(Sohna, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan sebagain
besar responden menyatakan bahwa
membutuhkan Puskesmas PKPR sebanyak 110
responden (88%). Hal tersebut menunjukkan
bahwa remaja membutuhkan puskesmas dalam
mengakses informasi tentang HIV dan AIDS.
Remaja yang membutuhkan pelayanan
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 53 |
mempunyai kemungkinan untuk dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi
2 kali lebih besar dibandingkan remaja yang
tidak membutuhkan pelayanan. Kebutuhan
merupakan dasar dan stimulus langsung untuk
menggunakan pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan disebabkan
oleh pada tingkat kesakitan atau tingkat
kebutuhan akan pelayanan (Kritina, 2017).
Hasil penelitian sejalan dengan Intan (2015)
sebagian besar responden menilai bahwa
layanan kesehatan reproduksi remaja penting.
Kurangnya pengetahuan tentang seksualitas
dan kesehatan reproduksi karena keterbatasan
akses informasi dan advokasi remaja,
kurangnya pelayanan yang ramah terhadap
remaja, belum adanya kurikulum kesehatan
reproduksi remaja di sekolah serta budaya
menyebabkan remaja kesulitan mengakses
secara terbuka untuk memperoleh pengetahuan
mengenai seksualitas dan reproduksi (Depkes,
2003) (Intan, 2015). PKPR merupakan
program yang mendorong puskesmas di seluruh
Indonesia untuk memberikan layanan ramah
remaja yang mudah diakses, adil, dapat
diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan
efisien.
Penelitian menunjukkan hasil bahwa
sebagain besar responden menyatakan bahwa
akses ke Puskesmas PKPR dalam kategori
mudah sebanyak 110 responden (88%). Hal ini
sejalan dengan penelitian bahwa 64,2%
responden menyatakan akses ke pelayanan
kesehatan mengenai PKPR tergolong mudah
dengan kemudahan akses maka siswa. Selama
ini belum banyak remaja yang mengetahui
informasi mengenai layanan kesehatan ramah
remaja. Harapan remaja program peningkatan
kesehatan reproduksi remaja menyesuaikan
kebutuhan dan keinginan remaja seperti tidak
lagi stigmatis, diskriminatif, dan dapat menjaga
kerahasiaan pasien serta dapat menyesuaikan
jam pelayanan, yaitu ketika jam pulang sekolah
sampai sore. Selama ini belum banyak remaja
yang mengetahui informasi mengenai layanan
kesehatan ramah remaja (Kritina, 2017).
Harapan remaja terhadap PKPR dimana
petugas kesehatan di Puskesmas harus mampu
memberikan pelayanan yang ramah dan bersifat
fleksibel dengan melibatkan orang tua, guru
maupun masyarakat. Pelayanan dilakukan di
tempat remaja berada, menjamin
kerahasiaannya, waktu pelayanan yang bisa
menyesuaikan saat remaja tidak sedang
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 54 |
sekolah, mengembangkan media komunikasi
sms, email, wa atau alat komunikasi sejenis
dalam pemberian informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi pada remaja
(Rohmayanti, 2015).
5. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan 73%
responden mempunyai pengetahuan baik, 60%
responden mempunyai pengetahuan yang
kurang tentang Puskesmas PKPR dan 56%
responden memanfaatkan layanan PKPR bagi
remaja.
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang telah memberikan pendanaan terhadap
penelitian ini dan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta yang telah memberikan dukungan.
7. DAFTAR PUSTAKA
Aeree Sohna, S. P. (2012). HIV/AIDS
Knowledge, Stigmatizing Attitudes,
andRelated Behaviors and Factors that
AffectStigmatizing Attitudes against
HIV/AIDS amongKorean Adolescents.
Osong Public Health and Research
Perspectives.
Alifia Nur Laili, Emmy Riyanti, S. B. (2019).
Faktor-Faktor Yang berhubungan
Dengan Praktik Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) oleh
Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7(1).
Creswell, J.W. and Creswell, J. W. 2013.
(2013). Qualitative inquiry & research
design : choosing among five
approaches. 3rd ed. SAGE.
Depkes. (2003). Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR). Dirjen Pembinaan
Kesehatan Masyarakat.
Dinkes. (2019). Profil Kesehatan Tahun 2019
(Data 2018).
Green L. (2000). Health Promotion Planning.
An Eductional and Enviromental
Approach (2nd ed.). USA: Mayfield
Publishing Company.
Intan Zainafree. (2015). Perilaku Seksual dan
Implikasinya Terhadap Kebutuhan
Layanan Kesehatan Reproduksi Remaja
di Lingkungan Kampus (STudi Kasus
Pada Mahasiswa Universitas Negeri
Semarang). Unnes Journal of Public
Health, 3.
Kemenkes. (2014). Pedoman Standar
Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR).
Kemenkes. (2018). Laporan Perkembangan
HIV AIDS dan Infeksi Menular Seksual
(IMS) Triwulan IV Tahun 2017.
Kritina, Y. (2017). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Remaja di Kota
Jayapura. Jurnal Biologi Papua, 9(2).
Kurniawati, H. F. (2019). Gambaran
Penggunaan Internet Dalam Pencarian
Informasi Tentang HIV dan AIDS pada
Remaja. Jurnal Kebidanan, 8(1), 27.
https://doi.org/10.26714/jk.8.1.2019.27-
37.
Manuela Ferreiraa*, Manuela Bentoa, Cláudia
Chavesa, J. D. (2014). The impact of
self-concept and self-esteem in
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1318
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 55 |
adolescents’ knowledge about
HIV/AIDS. Procedia Social and
Behavioral Sciences.
Moghadam, Z. B., Rezaei, E., Sharifi, B.,
Nejat, S., Saeieh, S. E., & Khiaban, M.
O. (2018). The Effect of Empowerment
and Educational Programs on the
Quality of Life in Iranian Women with
HIV. Journal of the International
Association of Providers of AIDS Care,
17.
https://doi.org/10.1177/2325958218759
681.
Purwanti, F. (2014). Membangun Puskesmas
PKPR Bersama Remaja.
Rohmayanti, Irwan Taufiqur Rohman, W. A.
N. (2015). Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja Menurut Perspektif Remaja di
Kota Magelang. Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 2(1).
Ruth Pérez V, Ingrid Barrales C, Jenny Jara P,
Virla Palma R, A. C. M. (2008).
Knowledge of HIV/AIDS among
adolescents in Chillán.
Suryoputro Antono, Ford J Nociholas, S. Z.
(2006). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Seksual
Remaja di Jawa Tengah : Implikasi
Terhadap Kebijakan dan Layanan
Kesehatan Seksual dan Reproduksi.
Makara, 10(1).