RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 47 |
Analisis Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Konda
Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Analysis Of Stunting Events In Children At Puskesmas Konda
Konawe District Southeast Sulawesi Province
Estri Seta Fitriana
1)
, Sri Dinengsih, Jenny Anna Siauta
1) Program Studi Kebidanan Universitas Nasional Jakarta, Jalan RM Harsono
Nomor 01 Jakarta Selatan
Email : sridinengsih@civitas.unas.ac.id
ISSN 2548-2246 (online)
ISSN 2442-9139 (print)
Edited by:
Paramitha Amelia K
Reviewed by:
Ririn Ariyanti
*Correspondence: Sri Dinengsih
sridinengsih@civitas.unas.ac.id
Received : 05 Juli 2021
Accepted : 10 Juli 2021
Published : 04 Oktober 2021
Citation : Estri Seta Fitriana
(2021)
Analisis Kejadian Stunting pada
Balita di Puskesmas Konda
Kabupaten Konawe Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Midwiferia Jurnal Kebidanan. 7:2.
Doi :
10.21070/midwiferia.v7i2.1331
ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu masalah gizi ditandai dengan balita mengalami gagal
tumbuh / pendek Tahun 2017 sekitar 22,2% atau 150,8 juta balita di dunia
mengalami stunting. Kabupaten Konawe Selatan, rata-rata angka stunting per
Agustus 2020 yaitu sebesar 18 persen dan terdapatnya 5% (125) dari 2.550 total
balita yang tercacat di Puskesmas Konda mengalami kejadian stunting. Untuk
mengetahui analisis kejadian stunting pada Balita dan untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan, pendapatan keluarga, pola makan, ASI Eksklusif dan BBLR
terhadap kejadian stunting. Penelitian ini merupakan penelitiancase control. Sampel
adalah ibu yang memiliki balita usia 2-5 tahun sebanyak 116 orang dengan purpose
sampling. instrumen yang digunakan adalah pengukur tinggi badan, buku KIA dan
lembar kuesioner. Uji Validitas mengadopsi kuesioner penelitian Prakhasita (2018).
Data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Ibu yang memiliki balita yang
memiliki pengetahuan baik 43 (37,1%) ibu yang memiliki balita, pendapatan
keluarga sesuai 50 (43,1%) ibu yang memiliki balita, pola makan tepat 36 (31%)
ibu yang memiliki balita, ASI Eksklusif 45 (38,8%) ibu yang memiliki balita, BBLR
30 (25,9%) ibu yang memiliki balita. Ada hubungan antara pengetahuan,
pendapatan keluarga, pola makan, ASI Eksklusif dan BBLR terhadap kejadian
stunting di Puskesmas Konda Kab. Konawe Selatan Tahun 2020. Simpulan dari
penelitian yaitu tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi terhadap kejadian
stunting dengan Nilai OR=67,529. Puskesmas diharapkan dapat melakukan upaya
peningkatan kualitas hidup melalui perbaikan gizi balita usia 2-5 tahun serta
memsosialisasikan faktor risiko kejadian stunting kepada masyarakat melalui iklan
layanan.
Kata kunci : Stunting, pola makan, ASI Eksklusif
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 48 |
ABSTRACT
Stunting is a nutritional problem characterized by under-fives experiencing
stunting/short growth. In 2017, around 22.2% or 150.8 million children under five
in the world experienced stunting. South Konawe Regency, the average stunting rate
as of August 2020 is 18 percent and there are 5% (125) of the 2,550 total disabled
children under five at the Konda Health Center experiencing stunting. To determine
the analysis of stunting in children under five and to determine the relationship
between knowledge, family income, diet, exclusive breastfeeding and low birth
weight to the incidence of stunting. This study is a case control study. The sample is
mothers who have toddlers aged 2-5 years as many as 116 people with purpose
sampling. The instruments used were height measurement, MCH handbook and
questionnaire sheet. The validity test adopted the Prakhasita research questionnaire
(2018). Data were analyzed using Chi Square test. Mothers who have toddlers who
have good knowledge 43 (37.1%) mothers who have toddlers, family income
according to 50 (43.1%) mothers who have toddlers, proper eating patterns 36
(31%) mothers who have toddlers , Exclusive Breastfeeding 45 (38.8%) mothers
who have toddlers, LBW 30 (25.9%) mothers who have toddlers. There is a
relationship between knowledge, family income, diet, exclusive breastfeeding and
LBW to the incidence of stunting at the Konda District Health Center. South Konawe
Year 2020. The level of knowledge can affect the incidence of stunting with OR =
67.529. The Puskesmas is expected to be able to make efforts to improve the quality
of life through improving the nutrition of toddlers aged 2-5 years and socializing
the risk factors for stunting to the public through service advertisements
Keywords : stunting, knowledge, family income, diet, exclusive breastfeeding and
low birth weight
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 49 |
1. PENDAHULUAN
Stunting merupakan masalah kesehatan
paling krusial yang sedang di hadapi oleh dunia.
Stuntingbanyak ditemukan di Negara
berkembang, termasuk Indonesia. Menurut
United Nasional Children’s Fund (UNICEF),
Terdapat 22,9 persen atau hampir satu dari
empat anak berusia di bawah lima tahun (balita)
pada tahun 2016 mengalami stunting. Lebih dari
setengah balita yang mengalami stunting tersebut
terdapat tinggal di Benua Asia dan lebih dari
sepertiga tinggal di Banua Afrika. Prevalensi
stunting di Indonesia menempati peringkat
kelima terbesar di dunia ini menurut Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) 2017.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada
anak balitaakibat kekurangan gizi kronis
terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) (Kemenkes RI) Stunting merupakan
masalah gizi utama yang akanberdampak
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi dalam
masyarakat.Stuntingakan mempengaruhi kinerja
pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelegtual
akan terganggu (Mann dan Truswell 2002).
Stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi
dari berbagai penyebab dan terjadinya
peningkatan penyakit.
Kejadian balita pendek atau biasa disebut
dengan stunting merupakan salah satu masalah
gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini.
Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta
balita di dunia mengalami stunting. Angka ini
sudah mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu
32,6%. Data prevalensi balita stunting yang
dikumpulkan World Health Organization
(WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara
ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional
Asia Tenggara / South - East Asia Regional
(SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di
Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Pada
tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di
dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih
dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari
83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi
terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan
proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%)
(Pusdatin Kemenkes RI, 2020).
Kejadian balita stunting (pendek)
merupakan masalah gizi utama yang dihadapi
Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status
Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek
memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan
dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang,
kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek pada
tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 50 |
balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari
hasil Riskesdas tahun 2018 sebesar 30,8%.
Sedangkan tahun 2019 berhasil mencapai
27,67% turun 3,1% dari tahun 2018 juga menjadi
ukuran keberhasilan program yang sudah
diupayakan oleh pemerintah. Angka stunting
tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur yang
mencapai 43,8 persen. Sementara tingkat
stunting terendah terjadi di Bali yaitu 14,4 persen
(Riskesdas, 2018).
Sulawesi Tenggara salah satu provinsi dari
10 provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi
dengan sebaran terdapat di enam kabupaten
yakni Kabupaten Kolaka, Buton, Buton selatan,
Muna, kolaka Timur, dan Wakatobi. Untuk
Kabupaten Konawe Selatan, rata-rata angka
stunting per Agustus 2020 yaitu sebesar 18
persen (Profil Kesehatan, 2020).
Menurut Zahraini, 2020 yang mengadopsi
dari UNICEF Conceptual Framework of
Malnutrition, penyebab stunting terdiri dari
penyebab langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung yaitu asupan makan kurang
dan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak
langsung yaitu kerawanan pangan rumah tangga,
pola asuh tidak memadai, dan pelayanan
kesehatan lingkungan. Adapun akar masalah dari
penyebab yang ada adalah akses pelayanan tidak
memadai, keuangan dan SDM tidak memadai
serta sosial budaya ekonomi dan politik.
Permasalah stunting dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, meliputi pendapatan dan
kesenjangan ekonomi, ASI Eksklusif,
perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem
pangan, jaminan sosial, kunjungan posyandu,
sistem kesehatan, pembangunan pertanian,
pengetahuan ibu dan pemberdayaan perempuan.
Maka dari itu diperlukan prasyarat pendukung
yang mencakup komitmen politik dan kebijakan
untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan
lintas sektor, serta kapasitas untuk melaksanakan
upaya pencegahan stunting (Kementrian
Kesehatan RI, 2018).
Penyebab masalah stunting yaitu faktor yang
berhubungan dengan katahanan pangan,
khususnya akses terhadap pangan bergizi
(makanan), lingkungan sosial terkait praktik
pemberian makanan bayi (pengasuhan), akses
terhadap pelayanan kesehatan, baik untuk
pencegahan maupun pengobatan (kesehatan),
serta kesehatan lingkungan seperti ketersediaan
air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat
faktor ini akanmempengaruhi asupan gizi dan
status kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013
Tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan
Gizi bahwa akan lebih efektif jika stunting
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 51 |
dicegah dengan upaya intervensi gizi spesifik
dan sensitif yang dilakukan dengan terpadu dan
terintegrasi pada sasaran prioritas. Intervensi
yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu dan
bersama-sama mensasar kelompok sasaran
prioritas untuk mencegah stunting.Pidato
presiden Joko Widodo pada tahun 2019
menghimbau pemerintah kabupaten/kota,
provinsi lebih berkonsentrasi untuk
menyelesaikan masalah kesehatan seperti
stunting sehingga diharapkan angka stuntingini
akan turun menjadi 20 % (Kementrian Kesehatan
RI, 2018).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual, faktor-faktor yang
memperberat keadaan ibu hamil adalah terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan
terlalu dekat jarak kelahiran. Usia kehamilan ibu
yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi sekitar 20%
dari terjadinya stunting.
Menurut hasil penelitian Ernalia, 2018 yang
berjudul Different Intakes of Energy and Protein
in Stunted and Non-stunted Elementary School
Children in Indonesia menunjukkan Salah satu
faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya
asupan dan Status gizi dalam penelitian ini
adalah tingginya harga pangan, karena
pendapatan mayoritas populasi mungkin tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan
gizi subjek. Oleh karena itu pendapatan keluarga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
status gizi anak.
Hasil penelitian Yati (2018) dengan judul
Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan
Stunting Pada Balita Usia 36- 59 Bulan Di Desa
Mulo dan Wunung Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonosari menunjukkan Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan pola pemberian
makan dengan stunting pada balita usia 36-59
bulan di Desa Mulo dan Wunung di Wilayah
Kerja Puskesmas Wonosari I
Menurut hasil penelitian Margawati 2018
Ibudengan anakyangmenderita stunting tidak
terlalu mengkhawatirkan tentang kondisi anak.
Stunting dianggap bukan permasalahan serius
yang perlu ditangani dengan baik.Ibu
mempunyai pengetahuan yang salah tentang
stunting. Menurut penelitian Rahmandiani
(2019) hasil penelitian adalah terdapat hubungan
antara karakteristik pekerjaan, pendidikan dan
variabel sumber informasi dengan pengetahuan
ibu balita tentang stunting.
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 52 |
Study pendahuluan yang dilakukan di
Puskesmas Konda, terdapat 5% (125) dari total
balita bulan Januari - Oktober 2020 mengalami
kejadian stunting dan hasil wawancara 7 dari 10
ibu balita yang mengalami kejadian stunting,
tidak memberikan ASI Eksklusif didapatkan
pengetahuan ibu yang kurang tentang pengertian
dan pencegahan stunting.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
analitik observasional dengan desain penelitian
case control yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antarapengetahuan ibu, pendapatan
keluarga, ASI Eksklusif, pola makan dan riwayat
BBLR dengan kejadian stunting pada balita di
Puskesmas Konda Tahun 2020. Populasi adalah
wilayah generalisasi terdiri atas objek dan subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2017).
Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri
atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
memiliki balita 2 sampai 5 tahun pada bulan
September - November 2020 di Puskesmas
Konda Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 335
balita.
Pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan Purposive sampling adalah salah
satu teknik sampling non random sampling
dimana peneliti menentukan pengambilan
sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus
yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan dapat menjawab permasalahan
penelitian (Sugiyono 2017). Sampel pada
penelitian ini adalah 116 ibu yang memiliki balita
yang terbagi menjadi 58 ibu yang memiliki balita
ibu yang memiliki balita stunting dan 58 ibu yang
memiliki balita ibu yang memiliki balita normal.
Instrumen Dalam penelitian ini, terdapat
data primer dan sekunder. Data primer adalah
data yang didapatkan secara langsung dari
responden instrumen yang digunakan adalah
pengukur tinggi badan, buku KIA danlembar
kuesioner yang dibagikan pada ibu yang
memiliki balita yang telah menjadi sampel yang
variabel-variabel penelitian. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh peneliti dari
Puskesmas Konda Kabupaten Konawe Selatan.
Analisis bivariat adalah untuk
mengetahui hubungan atau perbedaan antar dua
kelompok, serta untuk melihat kekuatan antara
dua variabel. Analisis bivariat dilakukan dengan
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 53 |
uji parametrik.
Ada beberapa syarat menurut Hidayat
(2017) dimana Chi Square dapat digunakan
yaitu:
a) Tidak ada cell dengan nilai frekuensi
kenyataan atau disebut juga Actual Count (F0)
sebesar 0 (nol).
b) Apabila bentul tabel kontingensi 2x2, maka
tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki
frekuensi harapan atau disebut juga expected
count (Fh) kurang dari 5. Apabila tidak
memenuhi syarat yaitu ada cell dengan
frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus
harus diganti dengan rumus Fisher Exact
Tes
c) Apabila bentuk tabel lebih dari 2x2, misal 2x3
maka jumalh cell dengan frekuensi harapan
yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
Apabila tidak memenuhi syarat, maka
dilanjutkan dengan test kolmogorv smirnov.
Analisis bivariat dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Chi Square melalui
program SPSS 13.0.
RESEARCH ARTICLE
Published: 04
Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 |
Issue 2 54 |
3. HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Hubungan Pengetahuan terhadap kejadian stunting Di Puskesmas Konda Kab.
Konawe Selatan Tahun 2020
Pengetahuan
Kejadian Stunting
Total
p
value
OR
Stunting
F
%
f
%
f
%
0,000
67,529
Baik
41
95,3
2
4,7
45
100
Kurang
17
23,3
56
76,7
73
100
Jumlah
58
50,8
58
50
116
100
Tabel 1 menunjukkan, bahwa dari 45 ibu balita yang berpengetahuan baik, terdapat
41(95,3%) balitanya tidak mengalami kejadian stunting/normal, sedangkan 73 yang
berpengetahuan kurang, diperoleh 56 (76,7%) balitanya mengalami kejadian stunting.
Hasil analisis menggunakan Chi Square diperoleh p-value = 0,000yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian stuntingpada balita. Nilai
OR=67,529 yang berarti ibu yang berpengetahuan kurang tentang gizi dan stunting berisiko 68
kali balitanya mengalami stunting dibandingkan ibu yang berpengetahuan baik.
Tabel 2 Hubungan Pendapatan Keluarga terhadap kejadian stunting Di Puskesmas Konda
Kab. Konawe Selatan Tahun 2020
Pendapatan
Keluarga
Kejadian Stunting
Total
Value
OR
Normal
Stunting
f
%
f
%
0,000
11,200
Sesuai
40
80
10
20
52
100
Tidak sesuai
18
27,3
48
72,7
66
100
Jumlah
58
50,8
58
50
116
100
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 52 ibu
balita yang,,memiliki balita pendapatan
keluarga sesuai UMP, terdapat 40 (80%) ibu
balita yang tidak mengalami kejadian
stunting/normal, sedangkan dari 66 ibu balita
yang pendapatan keluarga tidak sesuai terdapat
48 (72,2%) ibu balita yang mengalami kejadian
stunting.
Hasil analisis menggunakan Chi Square
diperoleh nilaip-value = 0,000 yang berarti ada
hubungan signifikan antara pendapatan
keluarga dengan Kejadian stunting di
Puskesmas Konda Kab. Konawe Selatan Tahun
2020. OR = 11,200 yang berarti ibu yang
pendapatan keluarga tidak sesuai berisiko
11,200 kali balitanya mengalami stunting
dibandingkan ibu yang pendapatan keluarganya
sesuai.
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 55 |
Tabel 3 Hubungan Pola Makan terhadap kejadian stunting Di Puskesmas Konda Kab. Konawe
Selatan Tahun 2020
Pola makan
Kejadian Stunting
Total
Value
OR
Normal
Stunting
f
%
f
%
0,000
39,667
Tepat
34
94,4
2
5,6
37
100
Tidak tepat
24
30
56
70
81
100
Jumlah
58
50,8
58
50
116
100
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 37 ibu
yang memiliki balita yang pola makan kategori
tepat, terdapat 34 (94,4%) ibu yang memiliki
balita yang tidak mengalami kejadian stunting.
Sedangkan dari 81 ibu yang memiliki balita
pada pola makan tidak tepat terdapat 56(70%)
yang mengalami stunting.
Hasil analisis menggunakan Chi Square
diperoleh nilai p-value = 0,000 yang artinya
ada hubungan signifikan antara pola makan
dengan Kejadian stunting di Puskesmas Konda
Kab. Konawe Selatan Tahun 2020.dan OR =
39,667 yang berarti ibu yang pola makan tidak
tepat berisiko 40 kali balitanya mengalami
stunting dibandingkan ibu yang pola
makannya baik.
Tabel 4 Hubungan ASI Eksklusif terhadap kejadian stunting Di Puskesmas Konda Kab.
Konawe Selatan Tahun 2020
ASI Eksklusif
Kejadian Stunting
Total
Value
OR
Normal
Stunting
f
%
f
%
0,000
48,125
Ya
42
93,3
3
6,7
46
100
Tidak
16
22,5
55
77,5
72
100
Jumlah
58
50,8
58
50
116
100
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 46 ibu
yang memiliki balita yang memberikan ASI
Eksklusif, terdapat 42 (93,2%) ibu balita yang
tidak mengalami kejadian stunting/normal,
sedangkan dari 72 ibu balita yang tidak
memberikan ASI Eksklusif terdapat 55
(77,5%) ibu balita yang mengalami kejadian
stunting.
Hasil analisis menggunakan Chi Square
diperoleh nilaip-value = 0,000 artinya ada
hubungan signifikan antara ASI Eksklusif
dengan Kejadian stunting di Puskesmas Konda
Kab. Konawe Selatan Tahun 2020. OR =
46,373 yang berarti ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif berisiko 46 kali
balitanya mengalami stunting dibandingkan
ibu yang memberikan ASI Eksklusif
RESEARCH ARTICLE
Published: 04
Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 |
Issue 2 56 |
Tabel 5 Hubungan BBLR terhadap kejadian stunting Di Puskesmas Konda Kab. Konawe
Selatan Tahun 2020
BBLR
Kejadian Stunting
Total
Value
OR
Normal
Stunting
f
%
f
%
0,000
33,833
Ya
1
3,3
29
96,7
30
100
Tidak
57
66,3
29
33,7
88
100
Jumlah
58
50,8
58
50
116
100
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 30
ibu yang memiliki balita yang mengalami
BBLR, terdapat 29 (96,7%) ibu balita yang
mengalami kejadian stunting. Sedangkan
dari 88 ibu balita yang tidak mempunyai
riwayat BBLR terdapat 57 (63,3%) ibu
balita yang tidak mengalami kejadian
stunting.
Hasil analisis menggunakan Chi
Square diperoleh nilai p-value = 0,000
artinya ada hubungan signifikan antara
BBLR dengan kejadian stunting di
Puskesmas Konda Kabupaten Konawe
Selatan Tahun 2020. OR = 33,833 yang
berarti ibu balita yang mengalami stunting
dibandingkan ibu balita yang tidak
mengalami BBL
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 57 |
4. PEMBAHASAN
Hubungan Pengetahuan Terhadap Kejadian
Stunting di Puskesmas Konda Kab. Konawe
Selatan Tahun 2020
Hasil anaisis bivariat menunjukkan
bahwaada hubungan signifikan antara
pengetahuan dengan Kejadian stunting dengan
Nilai OR=67,529 yang berarti ibu yang
berpengetahuan kurang tentang gizi dan stunting
berisiko 68 kali balitanya mengalami stunting
dibandingkan ibu yang berpengetahuan baik.
Pengetahuan merupakan faktor penting
dalam menentukan perilaku seseorang, karena
pengetahuan dapat menimbulkan perubahan
persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan
yang meningkat dapat mengubah persepsi
masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya
pengetahuan juga dapat mengubah kebiasaan
masyarakat dari yang positif menjadi yang lebih
positif, selain itu juga pengetahuan akan
membentuk kepercayaan (Notoatmodjo, 2018).
Hasil penelitian Olsa (2018) yang berjudul
Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu Terhadap
Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk
Sekolah Dasar di Kecamanatan Nanggalo
menunjukkan hasil ada hubungan yang
signifikan antara sikap dan pendidikan ibu
dengan kejadian stunting.
Sejalan dengan penelitian Wulandari (2020)
yang berjudul Hubungan Tingkat Kecukupan
Gizi, Tingkat Pengetahuan Ibu, dan Tinggi
Badan Orangtua dengan Stunting di Wilayah
Kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya
menunjukkan hasil ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian stunting.
Hal serupa juga pada penelitian Tsaralatifah
(2020) yang berjudul Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Stunting pada Baduta di
Kelurahan Ampel Kota Surabaya, dengan hasil
menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
jumpai di lapangan maka peneliti berasumsi
bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu, maka
semakin baik ibu memberikan pengasuhan
terhadap balita, baik dari segi asupan nutrisi dari
mulai kehamilan sampai balita. Pengetahuan ibu
yang baik juga dapat mencegah terjadinya
kejadian stunting.
Hubungan Pendapatan Keluarga Terhadap
Kejadian Stunting di Puskesmas Konda Kab.
Konawe Selatan Tahun 2020
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
ada hubungan signifikan antara pendapatan
keluarga dengan Kejadian stunting dengan nilai
OR = 11,200 yang berartiibu yang pendapatan
keluarga tidak sesuai UMP berisiko 11,200 kali
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 58 |
balitanya mengalami stunting dibandingkan ibu
yang pendapatan keluarganya sesuai UMP.
Pendapat para ahli tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari
pendapatan keluarga adalah jumlah keseluruhan
penghasilan rata-rata per bulan yang diperoleh
yang berasal dari pekerjaan, kepemilikan dan
usaha terdiri dari pendapatan dari pekerjaan
pokok dan pekerjaan sampingan. Status ekonomi
keluarga berpengaruh terhadap perbedaan
perilaku anak. Anak yang berasal dari keluarga
yang memiliki pendapatan tinggi akan berbeda
perilakunya dengan anak yang berasal dari
keluarga yang tergolong miskin. Sebagian dari
populasi penduduk Indonesia telah berada di
bawah garis kemiskinan (Surna, 2014).
Besarnya pendapatan yang diperoleh atau
diterima rumah tangga dapat menggambarkan
kesejahteraan suatu masyarakat. Data
pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga
dilakukan pendekatan melalui pengeluaran
rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga dapat
dibedakan menurut pengeluaran makan dan
bukan makan, dimana menggambarkan
bagaimana penduduk mengalokasikan
kebutuhan rumah tangganya. Pengeluaran untuk
konsumsi makanan dan buka makan berkaitan
denga tingkat pendapatan masyarakat. Di negara
yang sedang berkembang, pemenuhan kebutuhan
makanan masih menjadi prioritas utama,
dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan gizi
(Wiyogowati,2012).
Hasil penelitian Illahi, 2017 yang berjudul
Hubungan Pendapatan Keluarga, BBLR, Dan
Panjang Lahir Dengan Kejadian Stunting Balita
24-59 Bulan Di Bangkalan, ada hubungan
pendapatan keluarga, BBLR dan panjang lahir
dengan kejadian stunting.
Sejalan dengan penelitian Ratnawati, (2020)
yang berjudul Faktor Risiko Determinan Yang
Konsisten Berhubungan dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan dengan
hasil variabel dominan yang mempengaruhi
kejadian stunting adalah variabel pendapatan
keluarga.
Bertolak belakang dengan penelitian
Tsaralatifah (2020) yang berjudul Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada
Baduta di Kelurahan Ampel Kota Surabaya
menunjukkan hasil tidak ada hubungan yang
signifikan antara pendapatan keluarga dengan
kejadian stunting.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
jumpai dilapangan maka peneliti berasumsi
bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi ibu
dalam bersikap terhadap pola asuh anak.
Pendapatan keluarga yang tinggi akan membuat
ibu menyediakan makanan sesuai dengan
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 59 |
kebutuhan gizi yang dibutuhkan anak.
Pendapatan keluarga juga mendukung ibu dalam
mencari informasi terkait upaya pencegahan
kejadian stunting. Ibu yang memiliki pendapatan
keluarga tinggi akan bisa leluasa mengakses
internet untuk kebutuhan informasi, sedangkan
ibu yang tidak memiliki pendapatan keluarga
tinggi tidak bisa mengaskes media internet
sehingga informasi yang didapatkan kurang.
Hubungan Pola Makan Terhadap Kejadian
Stunting di Puskesmas Konda Kab. Konawe
Selatan Tahun 2020
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwaada hubungan signifikan antara pola
makan dengan Kejadian stunting nilai OR =
39,667 yang berarti ibu yang pola makan tidak
tepat berisiko 40 kali balitanya mengalami
stunting dibandingkan ibu yang pola makannya
baik.
Pemberian makanan hendaknya disesuaikan
dengan perkembanganbalita, makanan
hendaknya dipilih dengan baik yaitu mudah
dicerna, diabsorpsi dandimetabolisme. Makanan
akan mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan fisik dan mental balita, oleh
karena itu makanan yang diberikan harus
memenuhi kebutuhan gizi balita. Balita dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya
ditentukan oleh makanan yang dimakan sehari-
hari, untuk tumbuh optimal membutuhkanasupan
makanan yang baik yaitu beragam, jumlah yang
cukup, bergizi dan seimbang (Kemenkes RI,
2012).
Balita membutuhkan energi sebagai kalori
untuk memungkinkan mereka untuk beraktifitas
serta untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuh mereka, tubuh membutukan energi
terutama kharbohidrat protein dan lemak.Protein
di butuhkan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh, serta
untuk membuat enzim pencernaan dan zat
kekebalan yang berfungsi untuk kekebalan tubuh
si kecil (Widodo, 2014).
Kebutuhan protein secara proposional lebih
tinggi untuk anak-anak dari pada orang dewasa.
Asupan gizi yang baik bagi balita juga terdapat
pada makanan yang mengandung protein.
Karena protein sendiri bermanfaat sebagai
precursor untuk neurotransmitter demi
perkembangan otak yang baik nantinya. Protein
bias didapatkan pada makanan makanan yang
mengandung protein tinggi. Tunda pemberian
bila terdapat alergi pada protein. Untuk
vegetarian, gambungkan konsumsi susu dengan
minuman berkadar vitamin C tinggi untuk
membantu penyerapan zat besi (Widodo 2014).
Frekuensi konsumsi pangan per hari
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 60 |
merupakan salah satu aspek dalam kebiasaan
makan. Agar kebutuhan balita tercukupi dalam
sehari , sebaiknya anak balita diberi makan serta
makanan selingan. Balita dapat diberi makan
selama 3 kali sehari, dengan 2 kali makanan
selingan (Suryansyah, 2012).
Hasil Penelitian Prakhasita (2018) yang
berjudul Hubungan Pola Pemberian Makan
Dengan Kejadian Stuntingpada Balita Usia 12-59
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak
Wedi Surabaya menunjukkan hasil ada hubungan
yang signifikan antarapola pemberian makan
dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59
bulan.
Sejalan dengan penelitian Yati (2018) yang
berjudul Hubungan Pola Pemberian Makan
Dengan Stunting Pada Balita Usia 36- 59 Bulan
Di Desa Mulo Dan Wunung Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonosari menunjukkan hasil ada
hubungan yang signifikan pola makan dengan
kejadian stunting.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
jumpai dilapangan maka peneliti berasumsi
bahwa secara garis besar masalah gizi
disebabkan karena tidak tersedianyamakanan,
anak yang tidak mendapatkan makanan bergizi
seimbang, pola asuh dan pola makan yang salah.
Hubungan ASI Eksklusif Terhadap Kejadian
Stunting di Puskesmas Konda Kab. Konawe
Selatan Tahun 2020
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwaada hubungan signifikan antara ASI
Eksklusif dengan Kejadian stunting dengan nilai
OR = 46,373 yang berarti ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif berisiko 46 kali
balitanya mengalami stunting dibandingkan ibu
yang memberikan ASI Eksklusif.
Sesuai dengan Syafrudin (2019) bahwa salah
satu manfaat ASI eksklusif adalah mendukung
pertumbuhan bayi terutama tinggibadan karena
kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding susu
pengganti ASI atau susu formula. Sehingga bayi
yang diberikan ASI Eksklusif cenderung
memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dan
sesuai dengan kurva pertumbuhan dibanding
dengan bayi yang diberikan susu formula. ASI
mengandung kalsium yang lebih banyak dan
dapat diserap tubuh dengan baik sehingga dapat
memaksimalkan pertumbuhan terutama tinggi
badan.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Novianti (2020) ‘Pemberian Asi Dan BBLR
Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 12-56 Bulan yang menunjukkan hasil
terdapat hubungan yang signifikan antara ASI
terhadap kejadian Stunting.
Penelitian lain dilakukan oleh Cynthia
(2019) yang berjudul Hubungan Riwayat ASI
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 61 |
Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Anak
Usia 12-59 Bulan di RSUD Wangaya Kota
Denpasar didapatkan hasil ASI Eksklusif
berhubungan dengan stunting.
Penelitian Sampe (2020) yang berjudul
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita menunjukkan
hasil ada hubungan ASI Eksklusif dengan
kejadian stunting.
Bertolak belakang dengan penelitian
Tsaralatifah (2020) yang berjudul Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada
Baduta di Kelurahan Ampel Kota Surabaya
menunjukkan hasil tidak ada hubungan yang
signifikan antara ASI Eksklusif dengan kejadian
stunting.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
jumpai dilapangan maka peneliti berasumsi
bahwa ASI juga memiliki kadar kalsium,
fosfor,natrium, dan kalium yang lebih rendah
daripada susu formula, sedangkan tembaga,
kobalt, dan selenium terdapat dalam kadar yang
lebih tinggi. Kandungan ASI ini sesuai dengan
kebutuhan bayi sehingga dapat memaksimalkan
pertumbuhan bayi termasuk tinggi badan.
Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa
kebutuhan bayi terpenuhi, dan status gizi bayi
menjadi normal baik tinggi badan maupun berat
badan jika bayi mendapatkan ASI Eksklusif.
Hubungan BBLR Terhadap Kejadian
Stunting di Puskesmas Konda Kab. Konawe
Selatan Tahun 2020.
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwaada hubungan signifikan antara BBLR
dengan Kejadian OR = 33,833 yang berarti ibu
balita yang mengalami BBLR berisiko 34 kali
balitanya mengalami stunting dibandingkan ibu
balita yang tidak mengalami BBLR.
Pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu,
kemudian jika hal ini berlanjut dengan
pemberian makanan yang tidak mencukupi, bayi
sering mengalami infeksi, serta perawatan
kesehatan yang tidak baik, maka dapat
menyebabkan anak mengalami stunting
(Nasution, 2018).
Berdasarkan penelitian Ratnawati (2020)
yang berjudul Faktor Risiko Determinan Yang
Konsisten Berhubungan dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan
menunjukkan BBLR merupakan Variabel
dominan yang menunjukkan hubungan
bermakna dengan kejadian stunting secara
konsisten.
Penelitian lain yang sejalan adalah penelitian
Murti (2020) menunjukkan hasil Ada hubungan
yang signifikan antara BBLR dengan kejadian
stunting pada balita usia 2-5 tahun di Desa
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 62 |
Umbulrejo. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian Novianti (2020) ‘Pemberian Asi Dan
BBLR Berhubungan Dengan Kejadian Stunting.
Pada Balita Usia 12-56 Bulan yang menunjukkan
hasil terdapat hubungan yang signifikan antara
BBLR terhadap kejadian Stunting.
Penelitian lain yang sejalan adalah penelitian
Sari (2017) ‘Hubungan Riwayat BBLR Dengan
Kejadian Stunting Pada Anak Usia 7-12 Bulan Di
Desa Selomartani Wilayah Kerja Puskesmas
Kalasan’ yang menunjukkan hasil ada hubungan
yang signifikan antara BBLR dengan kejadian
stunting.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
jumpai dilapangan maka peneliti berasumsi
bahwa riwayat BBLR bisa mengalami gangguan
saluran pencernaan karena belum berfungsi
sempurna sehingga penyerapan makanan kurang
baik dan mengalami gangguan elektrolit. BBLR
juga mengalami gangguan pemberian ASI karena
ukuran tubuh bayi yang kecil, lemah dan
lambungnya kecil serta tidak dapat menghisap
dengan baik. Akibatnya pertumbuhan bayi akan
terganggu, bila keadaan ini berlanjut dengan
pemberian makan yang tidak sesuai seperti tidak
ASI Eksklusif maka anak sering mengalami
infeksi dan tumbuh menjadi stunting.
5. KESIMPULAN
Ibu yang memiliki balita yang memiliki
pengetahuan baik berjumlah 37,1% ibu yang
memiliki balita, pendapatan keluarga sesuai
berjumlah 43,1% ibu yang memiliki balita,pola
makan tepat berjumlah 31% ibu yang memiliki
balita,ASI Eksklusif berjumlah 38,8% ibu yang
memiliki balita, BBLR berjumlah 25,9% ibu
yang memiliki balita.
6. REFERENSI
Bappenas, (2018). Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), pp.
16891699.Olowu, T. O. et al. (2014)
‘Table of Contents Table of Contents,
CIRED - Open Access Proceedings
Journal, 2017(July), pp. 167. Available
at:
http://www.eskom.co.za/CustomerCare/T
ariffsAndCharges/Documents/RSA
Distribution Tariff Code Vers
6.pdf%0Ahttp://www.nersa.org.za/
Budiarto, E. (2017). Metodologi Penelitian
Kedokteran. Jakarta : EGC.
Cynthia (2019) ‘Hubungan Riwayat ASI
Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada
Anak Usia 12-59 Bulan di RSUD Wangaya
Kota Denpasar The Association Between
Exclusive Breastfeeding and Stunting in
Children Age 12-59 Months at Wangaya
Hospital Denpasar’, Hubungan Riwayat
ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting
pada Anak Usia 12-59 Bulan di RSUD
Wangaya Kota Denpasar, 25(1), pp. 2935.
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 63 |
Ernalia, Y. et al. (2018). ‘Different Intakes of
Energy and Protein in Stunted and Non-
stunted Elementary School Children in
Indonesia’, KnE Life Sciences, 4(4), p.
556. doi: 10.18502/kls.v4i4.2318.
Illahi, Rizki Kurnia. (2017). Hubungan
Pendapatan Keluarga, Berat Lahir, Dan
Panjang Lahir Dengan Kejadian Stunting
Balita 24-59 Bulan Di Bangkalan. Jurnal
Manajemen kesehatan yayasan Dr.
Soetomo.·Vol 3, No 1 (2017).
Indrastuty, D. Et al. (2019). ‘Determinan Sosial
Ekonomi Rumah Tangga dari Balita
Stunting di Indonesia: Analisis Data
Indonesia Family Life Survey (IFLS)
2014’, Jurnal Ekonomi Kesehatan
Indonesia, 3(2). doi:
10.7454/eki.v3i2.3004.
Kemenkes RI, (2018), ‘Buletin Stunting’,
Kementerian Kesehatan RI, 301(5), pp.
11631178.
Kolaka, K. 2019. ‘Profil kesehatan’, (12).
Kusumawati, E., Rahardjo, S. Et al (2015).
‘Model of Stunting Risk Factor Control
among Children under Three Years’, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(3), pp.
249256.
Margawati, A. and Astuti, A. M.
(2018),‘Pengetahuan ibu, pola makan dan
status gizi pada anak stunting usia 1-5
tahun di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan
Genuk, Semarang’, Jurnal Gizi Indonesia
(The Indonesian Journal of Nutrition),
6(2), pp. 8289. doi: 10.14710/jgi.6.2.82-
89.
Murti, Fatimah Chandra. (2020). Hubungan
Berat Badan Lahir Rendah (Bblr)Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita Usia 2-5
Tahun Di Desa Umbulrejo Kecamatan
Ponjong Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperwatan Vol 16, No 2
(2020).
Mustika, W. and Syamsul, D.,(2018). ‘Analisis
Permasalahan Status Gizi Kurang Pada
Balita di Puskesmas Teupah Selatan
Kabupaten Simeuleu’, Jurnal Kesehatan
Global, 1(3), p. 127. doi:
10.33085/jkg.v1i3.3952.
Ni`mah Khoirun and Nadhiroh, S. R.,
(2015).‘Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita’, Media Gizi
Indonesia, 10(1), pp. 1319. Available at:
http://e-
journal.unair.ac.id/index.php/MGI/article/vie
w/3117/2264.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
____________.(2018). Ilmu Perilaku kesehatan.
Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta.
____________(2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Cetakan kedua. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Novianti, I., Mardianti, D. and Muchtar, A. S.
(2020) ‘Pemberian Asi Dan Bblr
Berhubungan Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Usia 12-56 Bulan’, Jurnal
Kebidanan Malahayati, 6(3), pp. 329334.
doi: 10.33024/jkm.v6i3.2701.
Rini, Novita Eka, W. Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarkat
Universitas Jambi, P., (2020). ‘Pengaruh
Penggunaan Media Audio Visual Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang
Stunting Di Puskesmas Rawasari Kota
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 64 |
Jambi Tahun 2019 The Effects of Use
Audio Visual Media on Increasing
Mother’s Knowledge of Stunting in
Rawasari Health Center in Jambi ’, Jurnal
Kesmas Jambi, 4(1), pp. 2327. Available
at: https://online-
journal.unja.ac.id/jkmj/article/view/8939.
Olsa, E. D., Sulastri, D. and Anas, E. (2018)
‘Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu
Terhadap Kejadian Stunting pada Anak
Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamanatan Nanggalo’, Jurnal Kesehatan
Andalas, 6(3), p. 523. Doi:
10.25077/jka.v6i3.733.
Pongrekun, P. S. and Waluya, S. M., (2020).
‘FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN STUNTING DI
KABUPATEN KONAWE SELATAN
Factors That Are Related To Stunting
Events In South Konawe District
JurnalIlmiahKebidanan ( Scientific Journal
of Midwifery ), Vol 6 , No 2 Tahun 2020
Pendahuluan Metodol’, pp. 95–104.
Prakhasita, Ridha Cahya., (2018). Hubungan
Pola Pemberian Makan Dengan Kejadian
Stuntingpada Balita Usia 12-59 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi
Surabaya ‘Universitas airlangga’, (031).
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI., (2018).
‘Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan: Situasi Balita Pendek di
Indonesia’, Kementerian Kesehatan RI, p.
20. Available at:
https://www.kemkes.go.id/download.php?file
=download/pusdatin/buletin/Buletin-Stunting-
2018.pdf%0A.
Rahmadhita, K., (2020). ‘Permasalahan Stunting
dan Pencegahannya’, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(1), pp. 225
229. doi: 10.35816/jiskh.v11i1.253.
Rahmandiani, R. D. et al., (2019). ‘Hubungan
Pengetahuan Ibu Balita Tentang Stunting
Dengan Karakteristik Ibu dan Sumber
Informasi di Desa Hegarmanah Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang Rizkia’,
Jsk, 5(2), pp. 7480. Available at:
http://jurnal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/view/
25661/0.
Rakhmahayu, A., Dewi, Y. L. R. and Murti, B.
2019. ‘Logistic Regression Analysis on the
Determinants of Stunting among Children
Aged 6-24 Months in Purworejo Regency,
Central Java’, Journal of Maternal and
Child Health, 4(3), pp. 158169. Doi :
10.26911/thejmch.2019.04.03.03.
Ramli, Agho KE, Inder KJ, Bowe SJ, Jacobs J, &
Dibley MJ., .2019. Prevalence and risk
factors for stunting and severe stunting
among under-fives in North Maluku
province of Indonesia. BMC Pediatrics.
Ratnawati, R. and Rahfiludin, M. Z. (2020)
‘Faktor Risiko Determinan Yang
Konsisten Berhubungan dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan:
Tinjauan Pustaka’, Amerta Nutrition, 4(2),
p. 85. Doi : 10.20473/amnt.v4i2.2020.85-
94.
Sampe, S. A., Toban, R. C. and Madi, M. A.
(2020) ‘Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Pendahuluan’, 11(1), pp. 448–455.
doi: 10.35816/jiskh.v10i2.314.
Sari, E. M. (2017) ‘Hubungan Riwayat BBLR
Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia
7-12 Bulan Di Desa Selomartani Wilayah
Kerja Puskesmas Kalasan’, Universitas
’Aisyiyah Yogyakarta, p. 7. Available at:
file:///H:/Jurnal SKRIPSI/Sarii.pdf.
RESEARCH ARTICLE
Published: 04 Oktober 2021
DOI : 10.21070/midwiferia.v7i2.1331
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia Oktober 2021 | Volume 7 | Issue 2 65 |
Semba, R. D., de Pee, S., Sun, K., Sari, M.,
Akhter, N., & Bloem, M.W., (2018), Effect
of parental formal education on risk of
child stunting in Indonesia and
Bangladesh: a cross-sectional study. School
of MedicineBloomberg School of Public
HealthJohns Hopkins University.
Setiawan, E., Machmud, R. and Masrul, M.
(2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia
24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kecamatan Padang Timur Kota
Padang Tahun 2018’, Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(2), p. 275. Doi :
10.25077/jka.v7.i2.p275-284.2018.
Simbolon, D. T., (2020). ‘Hubungan Jumlah
Kunjungan Ibu Ke Posyandu Dengan
Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Amplas’, Jurnal Keperawatan
Priority, 3(2), pp. 3141. doi:
10.34012/jukep.v3i2.958.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
Syah, Muhibbin. (2014). Psikologi Pendidikan.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Tsaralatifah, R., (2020). ‘Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting
pada Baduta di Kelurahan Ampel Kota
Surabaya’, Amerta Nutrition, 4(2), p. 171.
Doi : 10.20473/amnt.v4i2.2020.171-177.
Wulandari, R. C. and Muniroh, L. (2020).
‘Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi,
Tingkat Pengetahuan Ibu, dan Tinggi
Badan Orangtua dengan Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi
Surabaya’, Amerta Nutrition, 4(2), p. 95.
Doi : 10.20473/amnt.v4i2.2020.95-102.
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N. and Nasution, S.
H. (2019). ‘Pengaruh Stunting terhadap
Perkembangan Kognitif dan Prestasi
Belajar’, Jurnal Majority, 8(2), pp. 273
282.
Yati, D. Y. (2018). ‘Hubungan Pola Pemberian
Makan Dengan Stunting Pada Balita Usia
36- 59 Bulan Di Desa Mulo Dan Wunung
Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari 1’,
Naskah Publikasi.
Yuniar, W. P. et al..(2020). ‘Hubungan antara
Perilaku Gizi dan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) dengan Status Gizi
Baduta Di Kabupaten Cirebon’, Amerta
Nutrition, 4(2), p. 155. Doi :
10.20473/amnt.v4i2.2020.155-164.