RESEARCH ARTICLE
Published: 05 April 2022
DOI : 10.21070/midwiferia.v%vi%i.1634
Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia April 2022 | Volume 8 | Issue 1 84 |
1. PENDAHULUAN
Survey Penduduk antar Sensus (SUPAS) pada
tahun 2015 menunjukkan bahwa, Angka Kematian
Ibu (AKI) mencapai 305 per 100.000 kelahiran
hidup, Adapun penyebab kematian ibu diantaranya
yaitu gangguan hipertensi sebanyak 33,07%,
perdarahan obstetrick 27,03%, komplikasi non
obstetrik 15,7%, komplikasi obstetrik lainnya
12,04% infeksi pada kehamilan 6,06% dan
penyebab lainnya 4,81% (Kemenkes RI, 2018).
Profil kesehatan Jawa Timur menunjukkan bahwa
tiga penyebab tertinggi kematian ibu pada tahun
2019 adalah preeklamsia/ eklamsia yaitu sebesar
31,15%, perdarahan yaitu 24,23%, dan penyebab
lain-lain yaitu 23,1%.
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah
yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai
20 minggu, disertai dengan penambahan berat
badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak
dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai
protein di dalam urine (proteinuria). Fadlun (2014)
Preeklamsia merupakan salah satu komplikasi
kehamilan dan penyebab kematian ibu, dampak
yang ditimbulkan dari preeklamsia meliputi
gangguan pertumbuhan janin intrauterine, kematian
perinatal, dan kelahiran premature (Azza, 2019).
Preeklamsia ditandai dengan iskemia plasenta
dan disfungsi endotel. Plasenta pada penderita
preeklamsia mengalami kegagalan invasi sel
trofoblas yang mengakibatkan aliran darah dalam
aretri spiralis berkurang sehingga terjadi hipoksia
plasenta. Iskemia atau hipoksia plasenta akan
menyebabkan disfungsi endotel atau endotel tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Disfungsi endotel
menyebabkan vascular maternal bereaksi terhadap
vasopresors seperti angiotensin II dan
noreprinefrin, keadaan ini menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan substansi vasoaktif sehingga
menyebabkan hipertensi, edema dan proteinuria
(Darwin, 2018).
Upaya pencegahan preeklamsia dapat
dilakukan dengan pencegahan primer dan
pencegahan sekunder. Pencegahan primer
preeklamsia dapat dilakukan dengan pemberian
akses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
seperti Skrining terutama usia kehamilan <20
minggu. Skrining atau deteksi dini efektif untuk
memprediksi adanya preeklamsia, sehingga kasus
preeklamsia dapat tertangani secara dini. Skrining
preeklamsia sangat bervariasi dari yang sederhana
sampai canggih yaitu tingkat biomolekuler
tergantung ketersediaan sumberdaya. Adapun
pencegahan sekunder yang dapat dilakukan yaitu
istirahat, restriksi garam, aspirin dosis rendah, dan
suplementasi kalsium sebagai upaya penurunan
AKI (POGI, 2016).
Penurunan AKI sangat penting karena
merupakan indikator hasil bagi suatu pembangunan